Title :
Be Mine [Chapter 9]
Author :
Nur Halimah (@NHalimaah)
Genre : Romantic, Dramatic, Fiksi, Horor,
Konyol, Yadong, Garing (?) *tentukan sendiri!
Rating :
PG +13
Length :
Multi Chapter
Cast :
·
Cho
Kyuhyun – Super Junior
·
Henry –
Super Junior
·
Lee
Dongbin
·
Lee Eun
Hee
·
Shin Min
Hwa
·
Other…
Annyeong readerdeul!! Balik nih bawa Chapter 9. Yang kemarin
gimana? Semoga ga bikin pusing ya alurnya ^^. Hope you like it :D
Langsung aja ke cerita.. Readers
yang baik, tolong yah nanti RCL FF ini.. menerima kritik dan
saran.
WARNING!!
Banyak typos, alur ngga jelas, sulit
dipahami, bikin pusing, bikin ngantuk, bikin laper, de el el. GA SUKA GA
USAH BACA ! YANG SUKA SILAHKAN BACA ^^.. SILENT READERS, GO OUT!!
SAY
NO TO PLAGIATISM AND NO BASHING!!
~HAPPY
READING~
Previous Story:
Dengan malas, Dongbin
meraih ponselnya yang tergeletak di sampingnya. Siapa sms malam-malam begini?
Rutuk Donbin dalam hati.
“Cho Kyuhyuuun, kau
membuatku jadi gilaaaaa!!!”
Henry’s POV:
Siang itu, aku pulang setelah bertemu dengan Eun Hee. Ya,
dia meminta aku agar kembali padanya, lagi.
“Henry, jebal. Aku masih ingin bersamamu, Henry”
“Mianhae, tapi aku mencintai yeoja lain. Bukan kau”
“Nuguya? Dongbin kah? Henry, tidakkah kau lihat? Dongbin
sudah milik Kyuhyun..”
“Buka lebar matamu, Eun Hee. Mereka hanya berpura-pura saja.
Mereka tidak pernah akur sebelumnya”
Aku terbawa emosi, kemudian meninggalkan Eun Hee. Entah
mengapa, saat mendengar kata ‘Kyuhyun’ emosiku selalu meledak.
Saat berjalan menyusuri taman kota, mataku terhenti pada dua
titik. Dongbin dan Kyuhyun. Apa yang
mereka lakukan di sana?
“Errhhhm.. lagi bertengkar ya?”
Kyuhyun’s POV:
Dongbin mengajakku untuk bicara di taman kota setelah
selesai kuliah. Oh, tidak, lebih tepatnya mengajak bertengkar.
“Kau sengaja membuatku gila ya? Memulai dari awal? Buktinya
kau masih cuek-cuek saja padaku”
“Mwo? Lalu aku harus bagaimana? Menempel terus padamu?”
“Errhhhm.. lagi bertengkar ya?” hingga kami tidak menyadari
kalau Henry sudah berada beberapa meter dari kami, memandang curiga.
“Bertengkar apa? Kami sedang kencan, kau tidak lihat?”
celetuk Dongbin sambil merangkul lenganku. Kencan
apa? Kencan untuk memukulku itu ada..
“Jeongmal? Tapi sepertinya tidak untuk Kyuhyun” dia melirik
sinis ke arahku. oh, apa?
“Sepertinya tidak apa? Seperti ini?”
Kemudian aku menarik Dongbin dan sedikit merunduk. Chu~
Ya, aku mencium Dongbin, tepat di depan mata Henry. Entah,
aku tak yakin apa Henry masih bertahan untuk melihat kami berciuman. Tapi,
kurasa tidak. Kudengar hentakkan kaki, tentu itu Henry.
Aku terus melakukannya, tak peduli sebenarnya dia menolak.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya dia membalasnya,
membalas ciumanku. Aku sedikit merasakan sengatan listrik yang menjalar di
tubuhku, aku tak tahu itu apa. Tapi tak peduli, biarkan aku menikmati momen ini
bersama… calon istriku.
“Sudah cukup, aku pergi” kemudian Dongbin mengakhirinya. Dia
mendorongku hingga bibirku terlepas dari bibirnya *?*. Akhirnya namja itu pergi. Dongbin, setelah memandang sekilas
kepergian Henry kemudian melirik tajam padaku.
“Cho Kyuhyun, apa yang telah kau lakukan padaku??!”
Dengan segera kutenggelamkan kepalanya ke pelukanku. Biarkan
dia merasakan degup jantungku. Sesaat kemudian aku melepaskan dia dari
pelukanku. Dan melihatnya….
“Kau tersenyum, Dongbin?”
Dongbin’s POV:
Saat aku berada dalam pelukannya, aku merasakan kehangatan.
Dia mampu meredam emosiku setelah dia menciumku tanpa izin, lebih-lebih di
depan Henry.
“Kau tersenyum, Dongbin?” Aigo, kurasa pipiku memerah. Apa yang harus aku jawab? jujur atau mati?
“Ne. kau puas?”
***
“Apa tadi itu acting, Kyuhyun?”
“tadi yang mana?”
“enngg, saat kau menciumku..” tadinya aku sempat khawatir
dengan jawabannya. Yes or not?!
“Menurutmu bagaimana?” jawabnya sambil tersenyum seperti
biasanya. Huh!
Aku tak lagi berkutik dengannya saat berjalan menuju rumah.
Hingga sesuatu terlintas di pikiranku.
“Kyuhyun, apa kau benar-benar menyukaiku?”
Hening. Sesaat kemudian… “Hahahhahha” what? Dia terbahak?! Memang ini lucu?
“Ne, aku suka saat kau berhasil aku jaili. Aku suka saat kau
marah dan mengejarku kemudian memukulku. Aku suka..”
“Sudahlah, abaikan saja” potongku, sebal. Aku memang
menerka, Kyuhyun tidak mungkin
menyukaiku.
Aku terus berjalan ke rumah. Oh, mengapa jaraknya semakin jauh?
“Memang mengapa kalau aku menyukaimu?” tanya namja itu, yang
mampu menghentikan langkahku.
“Kalau kau menyukaiku, tolong pergi jauh dariku” aku tak
sanggup menahan tangisku. Aku berlari terus hingga sampai kutumpahkan air
mataku di kamar. Apa yang terjadi,
Dongbin? Mengapa kau menangis begini?
Author’s POV:
Dongbin sudah menjalani kuliahnya sudah hampir satu
semester. Dalam kesehariannya, Dongbin merupakan mahasiswa yang cerdas hingga
mampu menjadikannya sebagai asisten dosen.
“Mianhae, aku sibuk hari ini” tolak Dongbin pelan-pelan pada
namja yang menarik tangannya saat hendak pergi.
“Tolong, satu kali saja, Dongbin” pinta namja itu.
Merasa tidak enak hati terus menolak, akhirnya Dongbin
menerima ajakannya untuk lunch sebelum
kuliah dimulai. “Baiklah”
***
“Henry, sampai kapan kau akan mengejarku? Bukankah aku sudah
pernah bilang, aku tidak akan kembali lagi padamu. Bagaimana dengan Eun Hee?”
“Eun Hee, aku sudah mengakhirinya. Sekarang kau tidak perlu
memperdulikan dia lagi”
“Andweyo..”
“Wae? Karena Kyuhyunkah? Dongbin, sadarlah! Dia sudah jauh
darimu, tak pernah memperdulikanmu lagi. Bertemu sekali pun seperti tidak
mengenalmu. Apa kau belum sadar?!”
Dongbin tidak berkutik lagi. Benar apa yang dikatakan Henry,
Kyuhyun sudah menjauh. Tak memperdulikan
keberadaannya. Tidak mampu membalas Henry, dia hanya tertunduk dalam
kesedihan.
“Sudahlah, jangan bersedih. Aku ada untukmu, Dongbin. Beri
aku kesempatan” kata Henry setelah menarik Dongbin dalam pelukannya. Dongbin
tak membalas pelukan itu, berbicara pun tidak. Dia hanya berpikir, apakah Kyuhyun
tidak akan kembali lagi padanya.
“Lepaskan aku” Dongbin mencoba menarik dirinya agar lepas
dari pelukan Henry. Kemudian mencoba menghapus titik-titik air mata yang jatuh
dari kelopak matanya. Hingga dia melihat sesosok namja yang berdiri di seberang
jalan, menatap tajam ke arah mereka.
“Kyuhyuun!!”
Kyuhyun’s POV:
Dengan mood yang sedikit berantakan, aku berniat untuk
meredam emosiku di restoran depan kampus. Belum sempat aku menyeberang jalan,
aku melihat Dongbin dan Henry yang tampak di kaca restoran tersebut. Aku
melihat mereka berpelukan.
Entah berapa lama aku sudah mengamati mereka, aku tidak
tahu. Yang aku rasakan, moodku semakin kacau. Apa-apaan ini? Jadi apa sekarang?
“Kyuhyuuun!!” aku tak lagi menengok ke belakang. Aku tahu,
itu pasti Dongbin yang berlari mengejarku. Dan dia akhirnya bisa menahanku
untuk berhenti.
“Mwoya?” tanyaku sejutek mungkin. Tidak, ini aku benar-benar
jutek.
“Kemana saja kau selama ini? aku mencarimu kemana-mana, tapi
tidak ada. Sekali bertemu denganmu waktu itu, kau seperti tidak melihatmu.
Sebenarnya ada apa? Kau tahu? Kau membuatku khawatir, Kyu. Mengapa seperti ini?
kau hampir, oh anni, kau sudah membuatku gila untuk kedua kalinya. Aku..”
“Stand up!” ucapku menyela ocehannya yang berlutut padaku
dan menggenggam tanganku. Dan dia berdiri tertunduk di hadapanku sekarang.
“Bukankah kau menyuruhku untuk pergi jauh darimu? Ternyata
ini alasannya? Karena kau masih mencintai Henry? Bagus ya! Tidakkah kau tahu,
aku tersiksa harus jauh darimu, Lee Dongbin?!” kataku sedikit keras, meluapkan
emosi setelah beberapa lama aku mencoba pergi dari kehidupannya.
“Aku tidak mencintai Henry, Kyu. Aku menyuruhmu pergi,
karena aku tidak ingin melihatmu pupus kalau aku tidak menyukaimu. Tapi
semenjak kau hilang, aku selalu memikirkanmu. Saranghaeyo, Kyu” ucap Dongbin
lirih. Dia tertunduk dan menangis, aku tahu itu.
Tidak tahan melihat air matanya jatuh terus menerus, aku
berjalan dua langkah mendekatinya dan CHU~..
mengunci bibirnya agar tidak mewek lagi.
Sesaat kemudian kulepaskan dia, tampak rasa kaget di
wajahnya. “Nado, saranghaeyo, Dongbin” ucapku dan tersenyum padanya. Kemudian
kulihat bibirnya menyunggingkan seulas senyum sembari dia menghapus air
matanya. Aku pun memeluknya.
“Seminggu lagi, kita menikah..”
“Eh?!”
Dongbin’s POV:
Three Days before the marriage..
“Kakek benar-benar menyebalkan. Mengapa tidak dari dulu
bilang kalau aku akan dijodohkan denganmu? Tahu begitu aku tidak menolak dan
tidak menyuruhmu pergi” celotehku sambil berkaca. Hari ini, aku dan Kyuhyun
pergi untuk memilih gaun pernikahan kami tiga hari lagi. Yyaay!
“Cantik. Yang itu saja, ayo kita pulang” kata Kyuhyun
setelah memandangiku. Oh, cantik?
“Gaun sependek ini? untuk pernikahan? Kau gila..”
“Kau terlihat lebih, eumm, sexy!” uhh, dasar namja! Kutimpuk
saja dengan bantal..
Kemudian aku berganti dengan pakaianku sendiri. Dan
mengambil gaun putih yang terlihat anggun itu.
“Kok yang itu tidak dibawa pulang?” tanya Kyuhyun sambil
menunjuk gaun ‘sexy’ yang aku pakai tadi.
“Untuk apa itu? yang ini lebih pantas digunakan untuk
menikah nanti” jawabku menatapnya heran. Tuh namja demen banget sama gaun itu?
“Ambil saja, pakai itu saat honey moon nanti” kata Kyuhyun
sambil mengerling evil ke arahku. Mwoya?!
Honey moon pake gaun segala?
“Ne, aku ambil. Tapi kau yang pakai ya?” tukasku setelah
mengambil gaun tadi, kemudian menjulurkan lidah pada Kyuhyun. Kupikir dia akan
memeluk atau menciumku, eh, di luar dugaan dia malah menjambak rambutku.
“Yak! Calon nampyeon macam apa kau ini?!”
***
Huah! Hari ini cukup melelahkan bagiku. Aku dan calon
nampyeonku, Kyuhyun, harus berkeliling Seoul untuk persiapan pernikahan kami
besok. Herannya, Kyuhyun lebih semangat daripada aku. Apalagi kalau sudah shopping!
Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku, tentang rencana setelah
menikah nanti. Ya, honey moon. Mau honey moon kemana? Lalu membawa apa saja? Di
sana nanti.. apa yang akan kami lakukan? Errr.. kurasa aku jadi membayangkan
yang tidak tidak :o
Drrrttt..drrrttt..
FROM : Lovely Kyu :*
Good nite, chagi.. dream of me.. and our marriage tomorrow :*
SARANGHAEYO…
Membaca tulisan yang tampak pada ponselku, mampu membuatku
tersenyum tanpa henti. Bahkan aku merasakan pipiku jadi sakit, karena terlalu
banyak tersenyum. Aku tidak berani tertawa berkelanjutan, daripada kebablasan
*?*
REPLY TO: Lovely Kyu :*
Good nite, too. NADO SARANGHAE :* :* :*
Author’s POV:
Hari yang dinantikan pun telah tiba. Hari dimana Lee
Dongbin, resmi menjadi istri dari Cho Kyuhyun. Acara digelar di rumah besar
Dongbin, dengan menggunakan adat Jawa *eh?
Setelah acara resepsi selesai, para tamu berantrian untuk
bersalaman dan memberi ucapan selamat kepada Dongbin dan Kyuhyun. Dari semua
tamu yang hadir, kebanyakan teman sekampus maupun teman SMA Dongbin dan Kyuhyun
dulu. Termasuk Henry dan Eun Hee…
“Chukkahamnida” ucap Henry tersenyum pada Dongbin dan
Kyuhyun. Sedikit tampak dari wajah Henry kalau dia sedang tidak begitu good mood. Ya, dia sedih dan kecewa
karena terlambat memiliki Dongbin dari Kyuhyun.
“Gamsahamnida..” balas Dongbin dan Kyuhyun bersamaan.
***
“Eomma bilang, kita tidur di kamar atas”
“Mengapa tidak pergi honey moon di tempat lain saja?”
“Besok kita kuliah, Kyuhyuun”
“Bolos sekali saja kan tidak masalah”
Dongbin tidak lagi menanggapi celotehan suaminya, Kyuhyun.
Dia hanya menghembuskan nafas panjang setiap kali melangkah menuju ‘kamar
pengantin’. Ya, untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, dia tidur dengan
Kyuhyun, mantan setannya dulu.
“Wooww” gumam Dongbin. Dia tidak menyangka kamarnya akan
seistimewa itu. Simple but sweety. Kasur putih dengan bertaburkan bunga
membentuk simbol ‘Love’ membuat suasana jadi lebih romantis.
“Kajja, tidur” celetuk Kyuhyun membuyarkan lamunan Dongbin.
Mendengar itu, Dongbin tergelak. “Kau.. tidur duluan saja, aku ganti baju dulu”
Dongbin’s POV:
“Kajja, tidur” celetuk namja itu tiba-tiba. Huh, mengagetkan
saja!
“Kau.. tidur duluan saja, aku ganti baju dulu” jawabku
grogi. Bagaimanapun juga, aku masih harus pandai-pandai beradaptasi untuk tidur
di kasur yang sama, malam ini.
Tak lama kemudian, aku bergegas menuju kamar mandi untuk
berganti pakaian yang lebih santai dan nyaman aku gunakan untuk tidur. Setelah
selesai, aku segera keluar dari kamar mandi.
Mataku membulat seketika, kurasa. Kyuhyun, terlentang di
kasur dalam keadaan terbuka. Yah, tanpa memakai baju! Aku tak tahu pasti apa di
balik selimut itu dia masih menggunakan celananya atau tidak. Kurasa nafasku
jadi sesak.
“Wae? Kau tidak mau tidur?” tanya Kyuhyun datar sambil
memandangku yang masih berdiri cengoh di depan kamar mandi.
“Emmb? Ne, tentu saja aku mau tidur” balasku seadanya. Aku
melangkah ragu menuju tempat tidurku yang sedikit sempit karena Kyuhyun tidur
terlentang merebut tempatku.
***
Sssrrrrkk…. Ssrrkkkk
Aku tak kunjung tertidur, terus mencari cara agar aku bisa
tidur nyaman. Arrgh, insomnia!
“Kau belum tidur?” tanya Kyuhyun tiba-tiba. Aku melirik ke
arahnya, terpejam. Aneh!
“Belum..”
“Wae?”
“Aku tidak bisa tidur tanpa.. memeluk gulingku”
Tanpa ada petir yang menyambar, Kyuhyun menarikku sehingga
aku berbalik dan memeluk rapat tubuhnya.
“Kau bisa memelukku sebagai gantinya”
Kurasa jantungku terus berdegup kencang saat ini. Memeluknya sebagai pengganti gulingku? Apa
aku gila?!
“Emmb.. a..anniya. nanti pasti bisa tidur sendiri” tolakku.
Seketika, Kyuhyun membuka mata dan menatap tajam ke arahku, yang berada
beberapa senti dengannya. Tatapan Kyuhyun yang tidak dimiliki namja lain,
tatapan evil.
“Dongbin…”
“N..Nde?”
“Mengapa kau tidak pakai gaun itu?”
“Emmb? Gaun apa?”
“Gaun penggoda imanku..” hah? Sejak kapan setan punya iman?
“M..Mwoya?! Gaun sependek itu? malam-malam dingin begini?
Kau ingin membunuhku, Kyu?” pekikku setelah beberapa detik memikirkan gaun apa
itu.
“Gwaenchana, aku akan memelukmu agar kau tidak kedinginan”
balasnya sambil berkedip-kedip tidak jelas.
“Ahh, shireo. Aku malas ganti baju lagi, Kyu. Kapan-kapan
saja ya?”
“Kalau begitu, aku yang pakaikan baju itu untukmu ye?”
Tanpa menunggu persetujuanku, dia beranjak dari tempat tidur
dan pergi entah kemana. Aku harap, dia tidak pergi hanya untuk mengambil gaun
itu.
“Ireona!”
“Yak! Kau mengambil gaun itu?”
“Ireona! Lepaskan dan pakai ini..”
“Aissh, shireo!”
“Arraseo.. Kalau begitu aku yang akan meyerangmu, chagiya”
“Aaaaaaaaahhhh!!!”
THE END
0 komentar:
Posting Komentar