Title :
Be Mine [Chapter 2]
Author :
Nur Halimah (@im304)
Genre : Romantic, Dramatic, Fiksi, Horor,
Konyol, Yadong, Garing (?) *tentukan sendiri!
Rating :
PG +13
Length :
Multi Chapter
Cast :
·
Cho
Kyuhyun – Super Junior
·
Henry –
Super Junior
·
Lee
Dongbin
·
Lee Eun
Hee
·
Other…
Annyeong readerdeul!! Balik nih bawa Chapter 2. Yang kemarin
gimana? Semoga ga bikin pusing ya alurnya ^^.
Oh ya, sekedar mengingatkan saja. Di chap 2 ini ada adegan
ya, yah, sedikit yadong aneh gimana gitu. Jadi buat yang takut otaknya kena
virus yadong, waspada saja ya. Tapi tenang, belum mencapai stadium tingkat
tinggi kok yadongnya *eh?
Langsung aja ke cerita.. Readers
yang baik, tolong yah nanti RCL FF ini.. menerima kritik dan
saran.
WARNING!!
Banyak typos, alur ngga jelas, sulit
dipahami, bikin pusing, bikin ngantuk, bikin laper, de el el. GA SUKA GA
USAH BACA ! YANG SUKA SILAHKAN BACA ^^.. SILENT READERS, GO OUT!!
SAY
NO TO PLAGIATISM AND NO BASHING!!
~HAPPY
READING~
Previous Story :
“…Hey, bukankah dia
sudah pergi dari tadi? Masa bodoh!
Yang penting tendaku sudah jadi dan aku bisa beristirahat untuk sementara
waktu.”
Author’s POV:
Kegiatan camping hari itu sudah berjalan selama tiga hari.
Dengan terpaksa, memang, Dongbin harus mengikutinya dengan hati sedikit ikhlas.
Mengapa? Karena dia tidak suka camping. Tidur di tenda dengan berjuta nyamuk
dan melakukan ritual-ritual aneh –seperti bernyanyi saat api unggun- sebelum
tidur.
“Perhatikan intruksi dari saya maupun panitia-panitia
camping yang lain. Jadi…”
Selama Henry mengoceh panjang lebar, Dongbin memandanginya
tiada henti. Apa? Ya, karena dia masih mengagumi pesona Henry apalagi saat dia
berbicara sebagai ketua panitia. Dia tampak lebih dewasa.
Tiba-tiba Dongbin melihat Henry tersenyum ke arahnya. Ya! Manis sekali senyumnya? Itu yang ada
di dalam hati Dongbin. Dia memang jarang melihat Henry tersenyum sambil menatap
matanya. Matanya?!
“Jadi dari tadi kau memandangiku?” tanya Henry mendekat ke arah
Dongbin. Mati aku! Gumamnya dalam
hati. Namun dia segera bertindak.
“Eh, ya. Eummb, memperhatikan instruksimu lah” jawab Dongbin
sekenanya.
“Oh ya? Bagus kalau begitu. Memang aku tadi bicara apa
saja?” pertanyaan itu membuat otak Dongbin berubah menjadi kaku. Tak bisa
berpikir. Dia tadi bicara apa ya?
Saat Dongbin sedang mencari alasan untuk menghindari
pertanyaan itu, Henry merangkul Dongbin dan
membawanya pergi.
“kita mau kemana?” tanya Dongbin sambil mengikuti Henry yang
menarik tangannya.
“Ke danau..” balas Henry singkat.
Di belakang, Dongbin tersenyum. Senang
sekali, pergi dengannya ke danau. Dan, dia menarikku untuk berlari dengannya.
Ucapnya dalam hati.
***
“Jadi, bagaimana perasaanmu selama ikut camping di sini?”
“Ya, sebenarnya ini membosankan. Tapi karena ada sesuatu
yang membuatku tidak bosan, jadi ini terasa menyenangkan”
“Memang apa yang membuatmu tidak bosan selama ini?”
Dongbin terdiam saat mendengar pertanyaan Henry. Kau, yang membuatku tidak bosan selama
mengikuti camping ini, Henry. Balas Dongbin dalam hati.
Sambil menikmati susu kaleng yang dibawa beberapa panitia,
mereka berdua memandang keindahan danau di depan mereka.
“Eummb, Dongbin.
Eun Hee mengirim sms padaku, dia bilang ada tugas yang harus aku selesaikan.
Kau mau pulang ikut aku atau bagaimana?”
Dongbin terlihat
sedikit kecewa, karena dia bersama Henry baru sesaat.
“Aku mau jalan-jalan dulu di sekitar sini. Aku bisa kok
pulang sendiri” balasnya sambil tersenyum.
“Baiklah, jaga diri ya. Hati-hati” ucap Henry kemudian
berlari menuju area camping.
Dongbin’s POV:
Oke, aku harus pulang sendiri menyusuri hutan belantara yang
menyeramkan ini. seumur hidupku, aku belum pernah melihat ayam bergelantungan
seperti monyet dari pohon ke pohon. Baru pertama ini, di sini!
Sebenarnya, aku sedikit kecewa saat Henry bilang dia harus
kembali karena ada tugas. Padahal momen saat bersamanya, itu yang aku
tunggu-tunggu. Hah, Eun Hee, mengapa dia harus memberikan tugas pada Henry?
Ketika melewati jalan setapak, tiba-tiba aku merasakan
perutku sakit. Aku mencoba untuk mencari kamar mandi, tapi nihil. Oh Tuhan, tolong selamatkan aku. Aku tak mau
berada di sini dalam keadaan perutku sakit.
Aku terduduk lemas di balik batu besar, sambil memegangi
perutku yang sakit. Jangan datang
sekarang, jebal. Aku tidak membawa
apa-apa T__T
“Hey, apa yang kau lakukan di sini?”
Oh, penyelamat datang. Syukurlah. Kupikir tak ada orang yang
akan melihatku menderita di hutan antah berantah ini.
Dia!? Namja tengil
dari akselerasi itu? Datang sebagai penyelamatku? Kenapa harus dia?
“Apa kau tahu dimana ada kamar mandi?” ucapku pada akhirnya.
Terpaksa, karena aku tak mau rasa sakit ini berlanjut.
“Ada. Di sana. Perlu bantuan?” ujarnya tanpa ekspresi.
Ekspresi menawarkan bantuan lebih tepatnya.
“Tak perlu, aku bisa berjalan ke sana sendiri” balasku
sambil mencoba untuk berdiri.
Dia berjalan di depanku sambil memainkan PSP. PSP lagi! Apa
hanya itu yang dia miliki? Sementara itu, aku berjalan merunduk di belakangnya
–sedikit jauh, sambil memegangi perutku yang tambah melilit.
Tiba-tiba dia berjalan ke belakang, mengangkat bahuku dan menuntunku
untuk berjalan. Ternyata, di balik sikapnya yang cuek bebek itu, dia menyimpan
kebaikan hati untuk membantu orang lain. Huh, tadinya aku sempat berpikir kalau
dia itu bukan manusia.
Aku masuk ke tempat yang entah bagaimana bisa dikatakan
sebagai kamar mandi. Lusuh, kotor dengan dedaunan kering di lantainya. Saat aku
sibuk berkutat dengan kegiatanku di kamar mandi, namja PSP itu tak bersuara.
Entah dia meninggalkanku atau menungguku sambil memainkan PSPnya.
“Aaaaaaaaaaa!!!!”
Sekuat tenaga, aku berteriak. Apa? Dugaanku terjadi! Dia
datang, di saat aku tak membawa apa-apa. Ya! Tamu bulananku datang di situasi
genting seperti ini T.T
“Ada apa? Apa aku perlu masuk?” aku hafal suara itu. Yah,
namja PSP itu masih menungguku rupanya.
“Anni, tidak perlu” jawabku mencegahnya untuk masuk. Enak
saja ikut masuk saat aku panic seperti ini?
“Eh, apa kau bisa mencarikanku ‘roti jepang’ untukku? Ini
situasi darurat, aku tak bisa mencarinya sendiri” pintaku pada akhirnya setelah
beberapa menit diam.
“Aku bawa”
Hatiku lega mendengarnya, berarti aku tak perlu mendekam di
tempat itu selama mungkin lima hari. Tapi, untuk apa seorang namja bisa membawa
‘roti jepang’? dia tidak mungkin kan mengalami apa yang aku alami saat ini?
jangan-jangan…
“Ini..” tangannya mengulurkan sebungkus plastic dari balik
lubang di atas pintu. Kubuka plastic itu dan..
“Yak! Apa ini? Roti buatan dari Jepang?” shock! Apa sepotong
roti dari Jepang bisa menolongku dalam situasi seperti ini?
“Itu masih ada sepotong dari yang aku makan tadi. Oleh-oleh
dari saudaraku di Jepang. Itu roti Jepang kan?”
Aku sempat mengumpatnya. Apakah
siswa akselerasi tidak pernah diajarkan tentang ‘pubertas remaja’?
“Paboya! Yang aku maksud bukan roti dari Jepang, tapi roti
Jepang alias pembalut” teriakku, tak peduli apa reaksinya di luar sana.
“Kau gila menyuruhku mencarikan benda aneh itu? Aku tidak
punya” sentaknya dari luar. Hey, bagimu benda itu aneh. Tapi bagi kami, yeoja
malang, benda itu adalah Super Hero kami *eh?
“Jebal.. carikan pada anak-anak yang lain. Mungkin mereka
ada yang bawa. Tolong aku, apa kau tak kasihan melihat seorang yeoja malang
akan masalah ini?” pintaku agar dia mau membantuku. Setidaknya.
“Aissh, arra! Kau tunggu di sini, aku akan mencarikannya.
Untukmu!” yay!
Kyuhyun’s POV:
Yeoja itu benar-benar
menyulitkan! Rutukku dalam hati. Dia menyuruhku –namja paling keren
seantero Seoul- ini, untuk mencarikan benda aneh bernama PEMBALUT? Menjatuhkan
reputasiku saja.
“Permisi, apa ada di antara kalian membawa pembalut? Boleh
aku minta satu?” ucapku pada akhirnya setelah mempersiapkan segalanya terutama
mentalku. Bertanya pada beberapa yeoja, yang sedang ngerumpi di balik tenda
itu.Bukannya memberiku satu atau apa, mereka malah saling menatap, berbisik dan
tertawa. Menyebalkan!
Aku melanjutkan perjalananku mencari benda bernama
‘pembalut’ itu, setelah salah dari yeoja di tenda tadi mengatakan bahwa mereka
tidak ada yang membawanya. Hingga aku mulai bertanya pada seorang yeoja bernama
Lee Eun Hee, yang merupakan panitia camping itu.
“Ini..” ucapnya sambil memberiku benda itu. Rasanya tidak
tega membiarkan telapak tanganku membawa benda dari luar angkasa itu –mungkin,
lebih baik menentengnya dengan pinset di laboratorium!
“Gamsahamnida..” tukasku sebelum pergi meninggalkannya.
Kurasa hanya yeoja itu –yang bernama Eun Hee, yang mampu
memaklumiku yang mencari benda itu untuk menyelamatkan seorang yeoja. Yah,
yeoja seperti itu yang patut diacungi jempol (?)
“Ini! aku pertaruhkan reputasiku untuk mencari benda itu.
Ingat baik-baik, kau berhutang budi padaku” ucapku sambil menunggunya di luar.
Setelah mungkin aku menunggu selama 600 detik, akhirnya
yeoja itu keluar.
“Lama sekali?” tanyaku ketus saat berjalan di depannya.
“Semua itu butuh proses” jawabnya. Entah, aku tak tahu apa
maksud ‘semua itu butuh proses’.
“Gamsahamnida atas pertolonganmu. Kalau tidak, mungkin aku
sudah mati di sana” ucap yeoja itu setelah memecah keheningan.
“Cheonma..” balasku singkat sambil menengoknya di belakang.
Wajahnya masih tampak pucat, tapi ini kelihatan lebih baik daripada saat aku
menemukannya tersungkur di balik batu tadi.
Author’s POV:
Dongbin menceritakan semua, semua yang terjadi hari itu saat
dia kedatangan tamu bulanan tiba-tiba.
“Oh, jadi Kyuhyun mencarikan pembalut untukmu? Kukira untuk
pacarnya” ucap Eun Hee di sela tawanya.
“Iya, mungkin kalau tak ada dia, aku akan mati di tempat
yang katanya kamar mandi itu” balas Dongbin.
“Eh, jadi namanya Kyuhyun? Anak aksel kan?” tanya Dongbin.
“Ya ampuun, Dongbin. Kamu kemana aja sih? Dia itu anak
akselerasi terkenal di seluruh sekolah. Cho Kyuhyun. Namja jenius, keren,
ganteng, cool…”
“Cuek bebek, dingin, si wajah tanpa ekspresi. Kurang apa
lagi julukan buat dia?” belum sempat Eun Hee melanjutkan bicaranya, Dongbin
sudah memotong duluan. Eun Hee hanya memanyunkan bibirnya.
Ponsel Dongbin berdering, ada telepon.
“Yeoboseo?... Ne?.. Sekarang? Oke, tunggu aku ya.. Cheonma”
“Dari siapa?” tanya Eun Hee, setelah Dongbin meletakkan ponselnya di tempat semula.
“Henry. Dia mengajakku ke suatu tempat, ada hal yang ingin
dibicarakan katanya” jawab Dongbin dengan gembira.
“Oh” begitu respon Eun Hee. Singkat, datar dan tanpa
ekspresi.
Di danau…
“Hey, sudah lama menunggu?” tanya Dongbin setelah tiba di
danau. Henry segera menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.
“anni.. aku juga baru saja sampai” balasnya tersenyum,
senyum yang membius Dongbin untuk ternganga.
“Kau mau bilang apa? Katanya ada hal penting?” tanya Dongbin
to the point. Sekalian untuk mengurangi debaran jantungnya yang semakin menjadi
karena senyum Henry.
“Dongbin, would
you be my girlfriend?”
JEDUEEERRR…
TO BE CONTINUE
0 komentar:
Posting Komentar