Minggu, 10 Juni 2012

Be Mine (Chapter 1)



Title           : Be Mine [Chapter 1]
Author      : Nur Halimah (@im304)
Genre       : Romantic, Dramatic, Fiksi, Horor, Konyol, Garing (?) *tentukan sendiri!
Rating       : G
Length      : Multi Chapter
Cast           :
·         Cho Kyuhyun – Super Junior
·         Henry – Super Junior
·         Lee Dongbin
·         Lee Eun Hee
·         Other…

Annyeong!! Author kembali lagi nih bawa FF. Ini FF saya yang pinjem nama pemenang dulu *pemenang apa?*. di sini bakal terjadi banyak tragedy, jadi jangan diambil hati ya, ehehe. Oh ya, kok cast nya ada Kyuhyun terus sih? Mian sebelumnya, aku milih Kyuhyun soalnya 1) Bias author yang paling tampan ^^ 2) Kyuhyun jadi cast apa aja tuh cocok gitu. Mau jadi cast antagonis, baik hati, cuek, yadong pun cocok *uppss*. Jadi, jangan bosen-bosen ya readerdeul.

Langsung aja ke cerita.. Readers yang baik, tolong yah nanti RCL FF ini.. menerima kritik dan saran.

WARNING!!
Banyak typos, alur ngga jelas, sulit dipahami, bikin pusing, bikin ngantuk, bikin laper, de el el. GA SUKA GA USAH BACA ! YANG SUKA SILAHKAN BACA ^^.. SILENT READERS, GO OUT!!

SAY NO TO PLAGIATISM AND NO BASHING!!

~HAPPY READING~

Prolog:
Love is like the wind, you can’t see it but you can feel it –Nicholas Spark,

Author’s POV:
“Yak! Tunggu aku, Eun Hee”

Sambil memakai sepatu dan mencomot roti selai paginya, Dongbin berlari keluar rumah. Dia sudah ditunggu Eun Hee –teman duduk sebangkunya, untuk berangkat ke sekolah.

“Kau ingin aku jenggotan karena menunggumu berdandan?” tukas Eun Hee ketus. Seperti biasa, setiap pagi dia memang harus menunggu sahabatnya berdandan sebelum berangkat sekolah. Paling cepat 90 menit!

“Yaah, kalau tidak begitu aku tidak akan bisa tampil cantik di depan Henry” balas Dongbin tersenyum.

Henry adalah siswa kelas sebelas –seperti Dongbin dan Eun Hee, yang disukai Dongbin. Namja yang tidak terlalu tinggi perawakannya, tapi memiliki wajah yang imut layaknya bayi. Matanya bisa saja tak terlihat jika dia sedang tertawa lepas.

“Henry lagi, Henry lagi. Apa dia penyemangatmu ke sekolah” gumam Eun Hee.

Tidak dibalas, Dongbin hanya tersenyum sendiri di samping Eun Hee. Memang, sejak awal dia tidak berniat sekolah di SMAnya saat itu. Tapi, begitu melihat Henry, dia jadi tidak ingin absen untuk masuk sekolah. Padahal kelas mereka berbeda.

***
Bel tanda istirahat berbunyi, seluruh siswa keluar dari kelas masing-masing. Sebagian ke perpustakaan, sebagian ke kantin yang lainnya hanya duduk-duduk sekedar menghabiskan waktu istirahat.

“Kau mau kemana?” teriak Eun Hee dari balik pintu kelasnya.

“Perpustakaan” balas Dongbin. Kemudian, secepat kilat dia berlari menuju tempat persemayaman buku-buku. Yah, apalagi kalau bukan perpustakaan?

***
“Ouh, mengapa dia tidak ada? Biasanya kan dia selalu nangkring di sana..” gumam Dongbin dari balik rak buku baris ke tiga. Jelas, dia ke perpustakaan tidak untuk membaca buku. Tapi, untuk mencari Henry, namja pujaannya.

“Hey, kau cari siapa?”

Dongbin’s POV:
“Hey, kau cari siapa?”

Seseorang menepuk pundakku pelan. Aduh, mati aku! Mengapa dia malah di sini?!

“Ennggh, eh, aku mau cari buku.. ini dia ketemu” jawabku tanpa berpikir mengambil buku di sembarang rak. Yah, mana mungkin aku mengaku kalau aku ke perpustakaan untuk mencarinya? Cari mati itu ada!

“Eh, kau suka tinju ya?” tanya Henry lagi. Tinju? Tinju apa?

Kulihat buku yang aku ambil tadi. Kubaca judulnya : “Jurus-Jurus Tinju, Petinju Internasional”. Rasanya ingin potong rambut jadi plontos, terus pakai konde, kacamata sama cadar! Sumpah, malu bangeet >,<

“Ah, anni.. aku mau cari buku untuk camping..” ucapku mengalihkan topic ‘tinju’ tadi.

“Buku seputar camping ada di nomor 300-450. Di sini hanya ada buku seputar olahraga” jelas Henry padaku. Ouh, sudah tampan, imut, hafal letak buku di perpustakaan lagi. Ouh, Henry…

Aku tersadar aku sedang melamunnya, aku segera pergi ke rak buku nomor 300-450 tadi.

“Arraseo. Gomawo informasinya”

Alih-alih aku menggeser kakiku sejengkal semut, Henry menghentikanku.

“Tunggu dulu. Eumb, Dongbin, kau bersedia tidak menjadi…”

Saat dia mengucapkan itu, jantungku terus berdebar. Apa yang akan dia katakana padaku. Bersedia menjadi apa Henry??

“…menjadi panitia camping minggu depan? Kami butuh siswa kelas sebelas untuk jadi panitia campingnya. Bagaimana?”

GUBRAKK!!! Rasanya seperti dilempar pemukul baseball sebesar kaki gajah. Hah? Kupikir dia bertanya padaku, bersediakah menjadi yeojanya.. eeeh, aku ditanyai bersediakah aku menjadi panitia camping? Macam mana pula ini?

“Emmb, panitia camping minggu depan ne? aku pikir-pikir dulu ya?” kataku pada Henry yang masih berdiri di depanku sambil membaca buku ‘Asyiknya bermain BEKEL’. Eh?

“Baiklah. Kalau kau bersedia, temui aku di kelas ya? Atau di sini juga tidak apa-apa” ujar Henry sambil tersenyum. Yah, setidaknya senyum itu meredakan rasa jengkelku tadi.

“Nde..”

***
“Hahhahaha… kasian sekali nasibmu. Jadi panitia camping minggu depan? Hhahaha”

Sebal, kutimpuk Eun Hee yang tertawa setelah mendengar ceritaku tentang hal memalukan di perpustakaan tadi. Senang sekali melihat sahabatnya sendiri malu –‘

“Ne! bayangkan saja, alih-alih setiap latihan wajib camping kelas sepuluh dulu saja aku sering bolos, ini malah disuruh jadi panitia camping. Minggu depan lagi. Huh!” gumamku sambil melahap kacang bali, oleh-oleh dari Kakek.

“Haha, aku tak bisa membayangkannya. Kau bernyanyi saat api unggun dan menari hula-hula di depan anak-anak camping. Haha, aku yakin tak akan ada yang melupakan momen itu”

“Huh! Mungkin aku tolak saja kali ya tawaran Henry? Aku kan tidak minat untuk camping..”

“Hey, Hey, Hey… mana bisa? Kau harus ikut, Dongbin! Kau tega membiarkan aku sendiri?”

“Maksudnya? Oh! Kau juga ikut jadi panitia camping?”

“Ne. Henry juga menyuruhku saat di kelas tadi. Dia juga berpesan supaya besok kau segera ke kelas untuk konfirmasinya”

“jadi kau sudah tahu kalau aku jadi panitia camping?”

“aku ikut jadi panitia camping karena kau ikut”

“Tapi…”

“Sudahlah, Henry menganggap kau menerima tawarannya. Jadi, besok sepulang sekolah, kita ada rapat”

“Andwae!!!!”

***
Sepulang sekolah, di ruang rapat…
“…Jadi, kegiatan camping tahunan ini ditujukan agar……”

Acara apa ini? rapat yang hanya membicarakan basa-basi tentang camping? Bagaimana bisa aku jadi panitianya? Menyentuh tenda saja belum pernah.

Ku ambil Iphoneku, memainkannya, sekedar mengusir kejenuhan di rapat ini.

“jadi siapa saja yang ikut kegiatan camping konyol ini?” tanyaku pada Eun Hee yang memperhatikan rapat.

“Kemana saja kau? Pesertanya seluruh siswa kelas sepuluh , sebelas dan sebagian siswa akselerasi”

“Akselerasi ada yang ikut juga?” pekikku kaget. kukira, siswa akselerasi itu hanya terfokus pada pelajaran, pelajaran, dan pelajaran.

“Mereka dipilih, bukan berdasarkan minat. Mereka yang dianggap sudah pintar dan tak perlu belajar, dipilih untuk mengikuti camping ini” jelasnya kemudian beralih pada Henry. Hey! Sejak kapan Henry di sana?

Dan akhirnya, rapat selesai setelah membutuhkan waktu selama kurang lebih dua jam untuk membahas hal-hal yang tak aku mengerti. Okay, it’s time to back home and sleep along ^^

Author’s POV:
Hari ‘H’ untuk kegiatan camping tiba. Dengan malas, Dongbin  berjalan mengikuti Henry –ketua panita, sambil membawa perlengkapan camping yang belum pernah ia sentuh sebelumnya.

Saat mereka berjalan menuju area camping, Dongbin melihat ada seorang namja yang berjalan santai sambil memainkan PSP di belakangnya. Anak ini santai sekali? Pikir Dongbin. Apa dia anak akselerasi? Tak pernah melihatnya.

“Mianhae, tapi bisakah kau membantuku membawa ini? daripada kau bersantai dengan PSPmu..” tawarku dengan nada ‘baik’ padanya.

Namja jangkung berambut cokelat berponi itu hanya menatap Dongbin lekat-lekat, seolah akan mengatakan sesuatu.

“Bawa saja sendiri, aku sibuk” ucap namja itu, lalu berjalan mendahului Dongbin.

Melihat sikap namja itu, tentu membuat Dongbin  jadi keki. Dia melempar beberapa tongkat ke namja itu dan berhasil mengenai tubuhnya.

“Bantu aku atau kuambil PSPmu? Tidak lihat? Aku ini panitia camping ini, kau harus membantu” ucap Dongbin  mencoba untuk tidak membentaknya. Ia khawatir namja itu akan menangis dan mengadu pada Henry, selaku ketua panitia camping.

Di dalam pikiran Dongbin, namja itu akan mengambil tongkatnya dan membantunya untuk membawa tongkat itu sampai area camping. Tapi yang terjadi…

“bawa saja sendiri, kau kan panitia..” ucap namja itu sambil mengambil tongkat tadi dan menyerahkannya pada Dongbin. Kemudian dia melanjutkan langkahnya mendahului Dongbin.

Terhenti di belakang, Dongbin berdiri dan bergetar karena geramnya.


“Awas kau ya!!”

Dongbin’s POV:
Aduh, bagaimana ini? aku tidak bisa mendirikan tenda ini. Eun Hee, kau dimana sih?

Di balik kepanikanku karena tidak mampu mendirikan tenda, aku masih merasa keki pada namja tadi. Berani-beraninya dia melawanku? Aku ini kan panitia, satu pangkat lebih tinggi darinya yang hanya peserta. Menyebalkan!

“Butuh bantuan?”

Aku menengok ke sumber suara tersebut. Oh, namja itu umurnya panjang sekali? Baru saja aku memikirkannya. MENGAPA KAU DATANG LAGI?!!!

“Anni-ya. Pergilah, aku bisa melakukannya sendiri” tolakku mentah-mentah. Mana mungkin aku akan menerima bantuannya yang tadi sudah menolak tawaranku untuk membantuku?

“Bagus kalau begitu” ucapnya lalu pergi. Dasar namja menyebalkan!!

***
Sekitar satu jam aku berkutik dengan tenda, belum juga aku berhasil untuk mendirikannya. Aku heran, sedari tadi aku mencari Eun Hee untuk membantuku, tapi aku tidak menemukannya. Sebenarnya dia dimana sih?

“Huh! Jadi berkutik dari tadi belum berhasil juga mendirikan tenda? Ckckck, panitia macam apa itu?”

Huh! Dia lagi, dia lagi.. mengapa senang sekali dia muncul di depanku? Untuk mengejekku pula >.<

 “Kau jadi membantuku tidak?” ucapku mencoba lebih sabar. Dan berharap, dia segera mengulurkan tangannya untuk mendirikan tendaku.

“Shireo.. tadi kubantu tidak mau, kerjakan saja sendiri. Panitia..” tukasnya dan berlalu dariku. Nah, dia itu menyebalkan bukan?

Kusembunyikan wajahku dibalik telapak tanganku. Di saat seperti ini, mengapa tidak ada orang baik membantuku? Bahkan Eun Hee sendiri pergi entah kemana. Henry pun tidak ada di sini untuk membantuku. Apa saat ini orang baik sudah musnah ditelan bumi? Adakah orang yang mau  membantuku?

Setelah beberapa saat, kulihat tendaku sudah berdiri tegak. Wah, siapa orang baik yang sudah membantuku mendirikan tenda ini? kulihat sekelilingku, yang ada namja jangkung yang sepertinya tadi baru saja mengejekku. Hey, bukankah dia sudah pergi dari tadi?

Masa bodoh! Yang penting tendaku sudah jadi dan aku bisa beristirahat untuk sementara waktu.

TO BE CONTINUE


0 komentar:

Posting Komentar