Title :
Be Mine [Chapter 1]
Author :
Nur Halimah (@im304)
Genre : Romantic, Dramatic, Fiksi, Horor,
Konyol, Garing (?) *tentukan sendiri!
Rating :
G
Length :
Multi Chapter
Cast :
·
Cho
Kyuhyun – Super Junior
·
Henry –
Super Junior
·
Lee
Dongbin
·
Lee Eun
Hee
·
Other…
Annyeong!! Author kembali lagi nih bawa FF. Ini FF saya yang pinjem
nama pemenang dulu *pemenang apa?*. di sini bakal terjadi banyak tragedy, jadi
jangan diambil hati ya, ehehe. Oh ya, kok cast nya ada Kyuhyun terus sih? Mian
sebelumnya, aku milih Kyuhyun soalnya 1) Bias author yang paling tampan ^^ 2)
Kyuhyun jadi cast apa aja tuh cocok gitu. Mau jadi cast antagonis, baik hati,
cuek, yadong pun cocok *uppss*. Jadi, jangan bosen-bosen ya readerdeul.
Langsung aja ke cerita.. Readers
yang baik, tolong yah nanti RCL FF ini.. menerima kritik dan
saran.
WARNING!!
Banyak typos, alur ngga jelas, sulit
dipahami, bikin pusing, bikin ngantuk, bikin laper, de el el. GA SUKA GA
USAH BACA ! YANG SUKA SILAHKAN BACA ^^.. SILENT READERS, GO OUT!!
SAY
NO TO PLAGIATISM AND NO BASHING!!
~HAPPY
READING~
Prolog:
Author’s POV:
“Yak! Tunggu aku, Eun Hee”
Sambil memakai sepatu dan
mencomot roti selai paginya, Dongbin berlari keluar rumah. Dia sudah ditunggu
Eun Hee –teman duduk sebangkunya, untuk berangkat ke sekolah.
“Kau ingin aku jenggotan karena
menunggumu berdandan?” tukas Eun Hee ketus. Seperti biasa, setiap pagi dia
memang harus menunggu sahabatnya berdandan sebelum berangkat sekolah. Paling
cepat 90 menit!
“Yaah, kalau tidak begitu aku
tidak akan bisa tampil cantik di depan Henry” balas Dongbin tersenyum.
Henry adalah siswa kelas sebelas
–seperti Dongbin dan Eun Hee, yang disukai Dongbin. Namja yang tidak terlalu
tinggi perawakannya, tapi memiliki wajah yang imut layaknya bayi. Matanya bisa
saja tak terlihat jika dia sedang tertawa lepas.
“Henry lagi, Henry lagi. Apa dia
penyemangatmu ke sekolah” gumam Eun Hee.
Tidak dibalas, Dongbin hanya
tersenyum sendiri di samping Eun Hee. Memang, sejak awal dia tidak berniat
sekolah di SMAnya saat itu. Tapi, begitu melihat Henry, dia jadi tidak ingin
absen untuk masuk sekolah. Padahal kelas mereka berbeda.
***
Bel tanda istirahat berbunyi,
seluruh siswa keluar dari kelas masing-masing. Sebagian ke perpustakaan,
sebagian ke kantin yang lainnya hanya duduk-duduk sekedar menghabiskan waktu
istirahat.
“Kau mau kemana?” teriak Eun Hee
dari balik pintu kelasnya.
“Perpustakaan” balas Dongbin.
Kemudian, secepat kilat dia berlari menuju tempat persemayaman buku-buku. Yah,
apalagi kalau bukan perpustakaan?
***
“Ouh, mengapa dia tidak ada?
Biasanya kan dia selalu nangkring di sana..” gumam Dongbin dari balik rak buku
baris ke tiga. Jelas, dia ke perpustakaan tidak untuk membaca buku. Tapi, untuk
mencari Henry, namja pujaannya.
“Hey, kau cari siapa?”
Dongbin’s POV:
“Hey, kau cari siapa?”
Seseorang menepuk pundakku pelan.
Aduh, mati aku! Mengapa dia malah di
sini?!
“Ennggh, eh, aku mau cari buku.. ini dia ketemu” jawabku
tanpa berpikir mengambil buku di sembarang rak. Yah, mana mungkin aku mengaku
kalau aku ke perpustakaan untuk mencarinya? Cari
mati itu ada!
“Eh, kau suka tinju ya?” tanya Henry lagi. Tinju? Tinju apa?
Kulihat buku yang aku ambil tadi. Kubaca judulnya : “Jurus-Jurus Tinju, Petinju Internasional”.
Rasanya ingin potong rambut jadi plontos, terus pakai konde, kacamata sama
cadar! Sumpah, malu bangeet >,<
“Ah, anni.. aku mau cari buku untuk camping..” ucapku
mengalihkan topic ‘tinju’ tadi.
“Buku seputar camping ada di nomor 300-450. Di sini hanya
ada buku seputar olahraga” jelas Henry padaku. Ouh, sudah tampan, imut, hafal
letak buku di perpustakaan lagi. Ouh,
Henry…
Aku tersadar aku sedang melamunnya, aku segera pergi ke rak
buku nomor 300-450 tadi.
“Arraseo. Gomawo informasinya”
Alih-alih aku menggeser kakiku sejengkal semut, Henry
menghentikanku.
“Tunggu dulu. Eumb, Dongbin, kau bersedia tidak menjadi…”
Saat dia mengucapkan itu, jantungku terus berdebar. Apa yang
akan dia katakana padaku. Bersedia
menjadi apa Henry??
“…menjadi panitia camping minggu depan? Kami butuh siswa
kelas sebelas untuk jadi panitia campingnya. Bagaimana?”
GUBRAKK!!! Rasanya seperti dilempar pemukul baseball sebesar
kaki gajah. Hah? Kupikir dia bertanya padaku, bersediakah menjadi yeojanya..
eeeh, aku ditanyai bersediakah aku menjadi panitia camping? Macam mana pula ini?
“Emmb, panitia camping minggu depan ne? aku pikir-pikir dulu
ya?” kataku pada Henry yang masih berdiri di depanku sambil membaca buku
‘Asyiknya bermain BEKEL’. Eh?
“Baiklah. Kalau kau bersedia, temui aku di kelas ya? Atau di
sini juga tidak apa-apa” ujar Henry sambil tersenyum. Yah, setidaknya senyum itu meredakan rasa jengkelku tadi.
“Nde..”
***
“Hahhahaha… kasian sekali nasibmu. Jadi panitia camping
minggu depan? Hhahaha”
Sebal, kutimpuk Eun Hee yang tertawa setelah mendengar
ceritaku tentang hal memalukan di perpustakaan tadi. Senang sekali melihat sahabatnya sendiri malu –‘
“Ne! bayangkan saja, alih-alih setiap latihan wajib camping
kelas sepuluh dulu saja aku sering bolos, ini malah disuruh jadi panitia
camping. Minggu depan lagi. Huh!” gumamku sambil melahap kacang bali, oleh-oleh
dari Kakek.
“Haha, aku tak bisa membayangkannya. Kau bernyanyi saat api
unggun dan menari hula-hula di depan anak-anak camping. Haha, aku yakin tak
akan ada yang melupakan momen itu”
“Huh! Mungkin aku tolak saja kali ya tawaran Henry? Aku kan
tidak minat untuk camping..”
“Hey, Hey, Hey… mana bisa? Kau harus ikut, Dongbin! Kau tega
membiarkan aku sendiri?”
“Maksudnya? Oh! Kau juga ikut jadi panitia camping?”
“Ne. Henry juga menyuruhku saat di kelas tadi. Dia juga
berpesan supaya besok kau segera ke kelas untuk konfirmasinya”
“jadi kau sudah tahu kalau aku jadi panitia camping?”
“aku ikut jadi panitia camping karena kau ikut”
“Tapi…”
“Sudahlah, Henry menganggap kau menerima tawarannya. Jadi,
besok sepulang sekolah, kita ada rapat”
“Andwae!!!!”
***
Sepulang sekolah, di
ruang rapat…
“…Jadi, kegiatan camping tahunan ini ditujukan agar……”
Acara apa ini? rapat yang hanya membicarakan basa-basi
tentang camping? Bagaimana bisa aku jadi panitianya? Menyentuh tenda saja belum
pernah.
Ku ambil Iphoneku, memainkannya, sekedar mengusir kejenuhan
di rapat ini.
“jadi siapa saja yang ikut kegiatan camping konyol ini?”
tanyaku pada Eun Hee yang memperhatikan rapat.
“Kemana saja kau? Pesertanya seluruh siswa kelas sepuluh ,
sebelas dan sebagian siswa akselerasi”
“Akselerasi ada yang ikut juga?” pekikku kaget. kukira,
siswa akselerasi itu hanya terfokus pada pelajaran, pelajaran, dan pelajaran.
“Mereka dipilih, bukan berdasarkan minat. Mereka yang
dianggap sudah pintar dan tak perlu belajar, dipilih untuk mengikuti camping
ini” jelasnya kemudian beralih pada Henry. Hey!
Sejak kapan Henry di sana?
Dan akhirnya, rapat selesai setelah membutuhkan waktu selama
kurang lebih dua jam untuk membahas hal-hal yang tak aku mengerti. Okay, it’s
time to back home and sleep along ^^
Author’s POV:
Hari ‘H’ untuk kegiatan camping tiba. Dengan malas, Dongbin berjalan mengikuti Henry –ketua panita, sambil
membawa perlengkapan camping yang belum pernah ia sentuh sebelumnya.
Saat mereka berjalan menuju area camping, Dongbin melihat
ada seorang namja yang berjalan santai sambil memainkan PSP di belakangnya. Anak ini santai sekali? Pikir Dongbin. Apa dia anak akselerasi? Tak pernah melihatnya.
“Mianhae, tapi bisakah kau membantuku membawa ini? daripada
kau bersantai dengan PSPmu..” tawarku dengan nada ‘baik’ padanya.
Namja jangkung berambut cokelat berponi itu hanya menatap Dongbin
lekat-lekat, seolah akan mengatakan sesuatu.
“Bawa saja sendiri, aku sibuk” ucap namja itu, lalu berjalan
mendahului Dongbin.
Melihat sikap namja itu, tentu membuat Dongbin jadi keki. Dia melempar beberapa tongkat ke
namja itu dan berhasil mengenai tubuhnya.
“Bantu aku atau kuambil PSPmu? Tidak lihat? Aku ini panitia
camping ini, kau harus membantu” ucap Dongbin mencoba untuk tidak
membentaknya. Ia khawatir namja itu akan menangis dan mengadu pada Henry,
selaku ketua panitia camping.
Di dalam pikiran Dongbin, namja itu akan mengambil
tongkatnya dan membantunya untuk membawa tongkat itu sampai area camping. Tapi
yang terjadi…
“bawa saja sendiri, kau kan panitia..” ucap namja itu sambil
mengambil tongkat tadi dan menyerahkannya pada Dongbin. Kemudian dia
melanjutkan langkahnya mendahului Dongbin.
Terhenti di belakang, Dongbin berdiri dan bergetar karena
geramnya.
“Awas kau ya!!”
Dongbin’s POV:
Aduh, bagaimana ini?
aku tidak bisa mendirikan tenda ini. Eun Hee, kau dimana sih?
Di balik kepanikanku karena tidak mampu mendirikan tenda,
aku masih merasa keki pada namja tadi. Berani-beraninya
dia melawanku? Aku ini kan panitia, satu pangkat lebih tinggi darinya yang
hanya peserta. Menyebalkan!
“Butuh bantuan?”
Aku menengok ke sumber suara tersebut. Oh, namja itu umurnya
panjang sekali? Baru saja aku memikirkannya. MENGAPA KAU DATANG LAGI?!!!
“Anni-ya. Pergilah, aku bisa melakukannya sendiri” tolakku
mentah-mentah. Mana mungkin aku akan menerima bantuannya yang tadi sudah
menolak tawaranku untuk membantuku?
“Bagus kalau begitu” ucapnya lalu pergi. Dasar namja menyebalkan!!
***
Sekitar satu jam aku berkutik dengan tenda, belum juga aku
berhasil untuk mendirikannya. Aku heran, sedari tadi aku mencari Eun Hee untuk
membantuku, tapi aku tidak menemukannya. Sebenarnya dia dimana sih?
“Huh! Jadi berkutik dari tadi belum berhasil juga mendirikan
tenda? Ckckck, panitia macam apa itu?”
Huh! Dia lagi, dia
lagi.. mengapa senang sekali dia muncul di depanku? Untuk mengejekku pula
>.<
“Kau jadi membantuku
tidak?” ucapku mencoba lebih sabar. Dan berharap, dia segera mengulurkan
tangannya untuk mendirikan tendaku.
“Shireo.. tadi kubantu tidak mau, kerjakan saja sendiri.
Panitia..” tukasnya dan berlalu dariku. Nah,
dia itu menyebalkan bukan?
Kusembunyikan wajahku dibalik telapak tanganku. Di saat
seperti ini, mengapa tidak ada orang baik membantuku? Bahkan Eun Hee sendiri
pergi entah kemana. Henry pun tidak ada di sini untuk membantuku. Apa saat ini orang baik sudah musnah ditelan
bumi? Adakah orang yang mau membantuku?
Setelah beberapa saat, kulihat tendaku sudah berdiri tegak.
Wah, siapa orang baik yang sudah membantuku mendirikan tenda ini? kulihat
sekelilingku, yang ada namja jangkung yang sepertinya tadi baru saja
mengejekku. Hey, bukankah dia sudah pergi
dari tadi?
Masa bodoh! Yang penting tendaku sudah jadi dan aku bisa
beristirahat untuk sementara waktu.
TO BE CONTINUE
0 komentar:
Posting Komentar